Kiat Praktis Sukses Membina (di Halaqah)

Februari 13, 2010 at 9:41 am 4 komentar

Sudah pernah baca buku Rahasia Kesuksesan Halaqoh yang ditulis Satria Hadi Lubis ? Waah, mantaab lho isinya. Bagi yang sudah pernah baca yuuk berbagi kesan & pesan di sini. Buat yang belum pernah baca mudah-mudahan jadi tertarik baca setelah baca tulisan ini yaa…soalnya bukunya praktis & menarik banget, kaya dengan kiat-kiat untuk mewujudkan suasana tarbiyah yang menggairahkan. Nah, buat para aktivis dakwah sepertinya buku ini memang buku yang tepat untuk mendukung kesuksesan proses tarbiyah dalam mencapai tujuan.

Kalau dari pengalaman pribadi selama mengikuti tarbiyah (pembinaan), manurut saya kesannya proses tarbiyah hanya berjalan satu arah. Tidak tahu celah kelemahannya apakah dari pihak murobbi (pembimbing) atau peserta tarbiyah (mad’u-nya). Kenapa saya katakan satu arah, karena yang mengetahui capaian-capaian apa saja yang diharapkan dari proses tarbiyah hanya murobbinya saja yang tahu.

Contohnya pengisian form mutaba’ah harian. Di pihak murobbi jelas mengetahui tujuan apa yang hendak dicapai dengan adanya pengisian form tersebut. Yaitu selain untuk bahan evaluasi juga sebagai sarana yang membantu peserta halaqoh menuju kondisi terbaik (baik spiritual, mental, intelektual, & fisik)yang mungkin dicapai olehnya. Tapi pernahkah kita berpikir bagaimana penerimaan dari para peserta tarbiyah ?…beragam anggapan. Ada yang menganggapnya sebagai beban, ada yang menganggapnya sebagai sebuah tindakan yang dapat mengurangi keikhlasan dalam beramal & beribadah. Itu yang terdeteksi pengakuannya, sungguh ini pengakuan dari mereka sendiri. Kalau mau bukti coba saja tanya satu persatu pendapat mad’u nya masing-masing.Tentu berbeda satu dengan yang lainnya.

Contoh lainnya adalah program penugasan. Lagi-lagi yang tahu tujuannya hanya dari pihak murobbi saja. Yaitu untuk tujuan pengembangan potensi & mempersiapkan peserta halaqoh untuk mengabdi bagi kemashlahatan umat. Sementara penerimaan setiap mad’u berbeda-beda sesuai dengan karekter kepribadiannya masing-masing. Bagi yang berkepribadian terbuka bisa jadi akan sangat positif (terlepas dari motivasi apa yang mendasari penerimaan positif tersebut) sementara bagi yang berkarakter tertutup bisa jadi akan menjadi sesuatu yang berdampak negatif (misalnya sering absen, menganggap tarbiyah sebagai beban yang memberatkan, atau kehadirannya di halaqoh tidak lebih dari sebuah formalitas & rutinitas semata).

Jadi keterbukaan komunikasi & kejelasan tujuan bagi peserta tarbiyah juga penting agar dalam proses tarbiyah terjalin kerjasama untuk mencapai tujuan. Sungguh akan menjadi sebuah perjalanan yang melelahkan jika dalam tarbiyah proses tercapainya tujuan hanya digerakkan oleh satu roda saja yaitu murobbi. Padahal seharusnya digerakkan oleh 2 roda yaitu murobbi & mad’u-nya.
Ketika dalam mencapai tujuan digerakkan secara seimbang & tujuan tarbiyah beserta program-programnya diketahui oleh kedua belah pihak (murobbi & mad’u-nya) maka seluruh peserta halaqoh akan bisa merasakan nikmatnya halaqoh, nikmatnya tarbiyah, nikmatnya ukhuwah, nikmatnya berjama’ah, nikmatnya silaturrahim, & nikmatnya beramal jama’i.

Mari bersama-sama mewujudkan halaqoh yang sukses dengan menciptakan halaqoh yang dinamis (bergairah mencapai tujuan & saling berlatih membentuk sikap keteladanan) dan menciptakan halaqoh yang produktif yaitu merancang prestasi/kemenangan-kemenangan kecil bagi peserta halaqoh. Lakukan step by step dalam mencapai target setiap program tarbiyah.
Demikian sedikit rekaman pengetahuan yang bisa saya serap dari buku “Rahasia Kesuksesan halaqoh” karya satri Hadi Lubis, semoga bermanfaat….

Entry filed under: Muslimah.

Buku Perdana-ku, Pengantar aja…. Merancang Keberhasilan Dengan Kekuatan Pikiran

4 Komentar Add your own

  • 1. ridho  |  Maret 3, 2010 pukul 6:44 am

    semoga kita diberikan kekuatan untuk Istqomah for islam

    Balas
    • 2. rahmadona  |  April 20, 2010 pukul 3:33 am

      @ Ridho : Amin Ya Robbal alamin.

      Balas
  • 3. nur je  |  Juli 10, 2010 pukul 4:08 pm

    mungkin murobbi itu punya banyak cara mentarbiyah salah satu contohnya nabi khidir dengan nabi musa, tapi mad’u nya tidak sabar.wallahu’alam

    Balas
    • 4. rahmadona  |  Januari 3, 2011 pukul 6:59 pm

      bisa jadi…atau mungkin karena mad’unya msh kurang dlm hal pemahaman, segala sesuatunya seringkali sangat tergantung dari proses…idealnya murobbi & mad’u sama2 sabar & saling berhusnudzon, wallahu a’lam…syukron.

      Balas

Tinggalkan Balasan ke ridho Batalkan balasan

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Kalender

Februari 2010
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728

Most Recent Posts