Perempuan Dan Menulis

Mei 11, 2010 at 8:44 am 4 komentar

Ketika bergabung dengan komunitas penulis EWAMco pada tahun 2007 saya suka sekali meminjam slogan iklannya star mild, ‘hidup menjadi lebih hidup’ dengan menulis. Begitulah kenyataannya yang saya rasakan ketika itu. Saya benar-benar menikmati aktivitas menulis sebagai selingan diwaktu luang disamping menjalankan rutinitas berbagai aktivitas rumah tangga.

Ada ‘katarsis’ dalam mengalihkan kejenuhan dari rutinitas harian, ada kepuasan batin ketika bisa menuangkan pemikiran dan apa yang dirasakan. Keuntungannya lainnya, pemikiran kita bisa disebarkan kepada orang lain melalui media koran. Juga diarahkan pada proses membukukan hasil tulisan. Subhanallah wal hamdulillah, di bulan November 2009 membuahkan sebuah karya berupa buku yang berjudul “Menjadikan Anak Penyejuk Hati” terbitan Java Publishing Yogyakarta.

Impian yang menjadi kenyataan. Menjadi seorang penulis dan menghasilkan karya berupa buku, diusia 30-an. Segala puja dan puji hanya bagi Allah Swt, pemilik rencana sempurna atas perjalanan hidup setiap hamba-Nya.

Menulis sebenarnya merupakan aktivitas yang tidak asing bagi semua orang. Sejak mengenyam pendidikan di bangku sekolah, kita semua sudah sangat akrab dengan aktivitas menulis. Mulai mengerjakan tugas mengarang, menulis surat, atau menumpahkan perasaan pada buku diary. Tapi mungkin sebagian orang berhenti pada tahapan itu saja, hanya menjadikan aktivitas menulis sebatas itu. Tidak mengembangkannya menjadi sebuah keahlian (profesi) dalam bidang menulis.

Dulu mungkin tanggapan masyarakat terhadap profesi penulis tidak ‘semeriah’ sekarang. Perubahan cara pandang terhadap dunia tulis menulis menjadikan profesi penulis mulai diminati banyak orang. Media seperti perfilman juga turut ambil bagian dalam menyebarkan kecenderungan terhadap bidang menulis. Misalnya saja film ‘ketika cinta bertasbih’, disini profesi sebagai penulis dimainkan oleh tokoh yang bernama Husna. Demikian juga di film ‘perempuan berkalung sorban’, bagaimana tokoh Annisa mengembangkan dirinya dengan menggeluti dunia tulis menulis. Pun film-film lainnya yang diangkat dari dunia tulis menulis, seperti film ‘laskar pelangi’, dan film ‘ayat-ayat cinta’.

Dunia tulis menulis memang cenderung cocok untuk kaum perempuan (tapi bukan berarti hanya cocok ditekuni oleh para perempuan). Perempuan memiliki kekuatan khusus yang dapat memadukan bermacam emosi dan pikirannya, dibalut dengan kelembutan yang khas untuk dituangkan ke dalam tulisannya. Sehingga bisa menghasilkan karya-karya yang memikat. Sebut saja Asma Nadia, karya-karya tulisannya benar-benar mencerminkan kekuatan khusus dan menampakkan kelembutan khas seorang perempuan. Tulisannya memikat untuk dinikmati !

Dengan menulis kaum perempuan juga bisa berbuat sesuatu, menyumbangkan sesuatu melalui tulisan-tulisannya. Peran penulis perempuan bisa membantu memberikan pencerahan, mencerdaskan masyarakat dengan pengetahuan dan menajamkan pemahaman tentang berbagai nilai-nilai (baik nilai sosial, budaya, agama, dsb), terutama bagi sesama kaum perempuan. Karena masih kita dapati nilai sosial budaya yang menjadi penyebab keterbelakangan dan ketertinggalan.

Tidak perlu sesuatu yang idealis atau perfeksionis untuk memulai dalam dunia tulis menulis, realistis saja. Tuliskan saja apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan. Nah yang ini terkenal dengan sebutan virus EWT (Ersis Writing Theory), anak-anak komunitas penulis EwaMco sudah membuktikan kemanjuran teori ini (diantaranya saya dan suami). Menurut pak Ersis yang dikenal sebagai bapak motivator menulis, untuk terjun ke dunia tulis menulis, kita tidak perlu di bebani dengan belenggu-belenggu yang memandulkan dorongan keinginan untuk menulis.

Tidak perlu kita takut salah dalam penulisan atau susunannya. Tidak perlu lah kita ikut trainning menulis, kalau setelah itu kita malah malas menulis atau malah jadi takut menulis. Menulis itu mudah dan menyenangkan, hanya membutuhkan motivasi yang kuat dan keberanian untuk mendobrak segala keengganan yang menjadi hambatan dalam menulis.

Menulis juga membutuhkan kemauan untuk terus menerus belajar dari aktivitas dan pengalaman menulis itu sendiri, ‘menulis tanpa berguru’ (meminjam istilah pak Ewa). Maksudnya dengan banyak berlatih menulis, kualitas tulisan insya Allah tentu akan semakin baik. Seorang penulis juga perlu menentukan sikap, memilki kepribadian yang mantap tidak mudah terpengaruh oleh sanjungan maupun kritikan.

Mari nikmati menulis, menulis mudah menulis menyenangkan. Lepaskan segala belenggu yang menghambat potensi menulis. Dunia tulis menulis masih sangat luas, seluas alam semesta. Menurut informasi yang saya baca dari sebuah buku ada ratusan media massa yang bisa menampung hasil tulisan perempuan. Yuk mulai menulis, tuliskan saja…sebebas kita menuliskan kata-kata pada berlembar-lembar surat atau sepuas kita menuangkan isi hati dan pikiran pada lembar buku harian.

Salam Menulis.
Love write ‘n keep writing.
Seorang muslim harus sama baiknya dalam hal membaca dan menulis (Imam Hasan Al-Banna)

Entry filed under: Menulis.

Perempuan Berkaca Diri Tuliskan Ajaa…

4 Komentar Add your own

  • 1. chatymoon  |  Mei 29, 2010 pukul 4:52 pm

    Assalamu’alaikum mba dona! Aku lg bljar nulis nih,bru dftar juga di wordpress. Jgn di ketawain ya mba! -jenny-

    Balas
  • 2. rahmadona  |  Mei 30, 2010 pukul 7:12 pm

    Alaikumsalam. aku dah mampir tadi mba jenny. tulisannya ok kok mba, jgn2 memang mba jenny ini penulis berita, hayo ngaku?:) hehehe…

    Balas
  • 3. burhanshadiq  |  Agustus 8, 2010 pukul 8:50 am

    selamat menjadi penulis mba, selamat mengkaryakan segala ide dan gagasan. selamat berbagi buat semua. Mampir ke blog saya mba http://www.burhanshadiq.com terima kasih

    Balas

Tinggalkan Balasan ke rahmadona Batalkan balasan

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Kalender

Mei 2010
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31  

Most Recent Posts